PASANG IKLAN GRATIS!!!!

http://furnituredesign-joglosmart.blogspot.com

Pasang iklan langsung, cepat dan gratis. New Fair System, bagi-bagi keuntungan.

Senin, 22 Desember 2008

Konsep Desain Rumah Sederhana Sehat

Ide Dasar Desain

Ide utama yang diangkat dalam gagasan desain ini adalah pengoptimalan peran ruang-ruang terbuka pada skala kavling dan kelompok massa dalam desain rumah sehat sederhana. Ide ini berangkat dari pengamatan bahwa selama ini pada umumnya desain ruang hunian pada rumah sederhana sehat hanya terfokus pada desain massa bangunan sedangkan pengolahan ruang terbuka seringkali hanyalah sebagai akibat dari perletakan massa bangunan dan pembagian kapling.

URAIAN DESAIN SKALA KAPLING

DASAR PEMIKIRAN

Pada skala kapling terabaikannya keberadaan ruang terbuka sebagai bagian dari ruang hunian seringkali menyebabkan hilangnya ruang terbuka tersebut, baik di halaman muka maupun di halaman belakang rumah, dalam proses pertumbuhan rumah.

Kebutuhan akan ruang sesuai pertambahan fungsi adalah penyebab umum hilangnya ruang terbuka di halaman belakang. Penghawaan dan pencahayaan alami bangunan adalah hal yang paling terganggu akibat pertumbuhan ini, rumah menjadi tidak sehat. Sedangkan pada ruang terbuka di halaman muka, kegagalannya sebagai zona transisi antara ruang publik dan ruang privat menyebabkan perubahan fungsinya sebagai teras. Hal ini juga terjadi pada umumnya karena tidak adanya ruang transisi pada pengolahan kulit luar massa bangunan.

Secara umum pada skala yang lebih besar, hilangnya ruang-ruang terbuka dalam kavling tersebut menyebabkan ketimpangan proporsi ruang terbuka dan ruang terbangun, yang tentu saja akan mengakibatkan berbagai permasalahan lingkungan dalam jangka panjang.


Gbr. 1 Pertumbuhan massa yang 'memakan' ruang terbuka di halaman belakang

Berangkat dari pemikiran diatas maka ide pengoptimalan peran ruang terbuka dalam skala kavling diwujudkan melalui perletakan ruang terbuka dan massa bangunan secara berselang-seling dengan pengolahan massa utama berupa bangunan dua lantai sedemikian rupa sehingga tercipta ruang-ruang terbuka positif. Lebih jauh dengan pengolahan ruang terbuka dan massa tersebut juga diharapkan akan menciptakan kesinambungan yang lebih baik antara ruang dalam dan ruang luar, antara hunian dengan kavling, dan kavling dengan lingkungannya.


Gbr. 2 Penciptaan ruang terbuka positif dengan perletakan ruang terbuka dan massa secara berselang-seling

DESAIN
A. Ruang Terbuka

Dalam kasus rumah sederhana sehat ruang terbuka merupakan elemen penting sebagai bagian dari ruang hunian dimana dengan luas ruang dalam yang relatif sempit dan terbatas, ruang terbuka menjadi ruang yang potensial guna melengkapi kebutuhan ruang hunian, baik secara fisik, sosial, ekologis, maupun sikologis. Penempatan ruang terbuka dan masa bangunan secara berselang-seling dalam gagasan ini ditujukan untuk mengoptimalkan daya guna ruang terbuka sehingga tidak hanya berperan sebagai penyedia pencahayaan dan penghawaan alami rumah dan juga sebagai lahan hijau dalam kavling. Lebih dari itu ruang terbuka yang terjadi diharapkan juga bisa berperan untuk menampung aktivitas sehingga juga bernilai sosial dan juga sebagai ruang-ruang transisi baik secara fisik maupun visual guna menciptakan kenyamanan psikologis.


Gbr. 3 Ruang terbuka positif

B. Massa Bangunan

Melengkapi konsep ruang terbuka diatas, maka diperlukan juga konsep pengolahan massa bangunan sehingga dalam perkembangannya, pertumbuhan massa bangunan tidaklah merusak keberadaan ruang terbuka yang direncanakan.

Pengaturan pertumbuhan massa bangunan secara umum dilakukan dengan dua cara :

  1. Melalui pemisahan zona hunian menjadi zona utama dan zona servis yang dibatasi oleh ruang terbuka. Pemisahan zona ditujukan untuk :
    1. menjamin terjadinya penghawaan dan pencahayaan alami dengan adanya ruang terbuka
    2. menciptakan fleksibilitas pembagian dan pertumbuhan ruang dalam pada massa utama karena tidak terbatasi oleh WC dan dapur.
    3. Memberi batas fisik yang jelas berupa ruang terbuka sebagai panduan pertumbuhan massa utama sehingga tetap terkontrol
    4. Menunjang aktifitas pada kedua zona agar tidak saling mengganggu

  2. Melalui perencanaan massa utama dua lantai. Perencanaan massa utama dua lantai dilakukan dengan tujuan :
    1. untuk mendapatkan pemanfaatan lahan KDB dan KLB yang optimal
    2. untuk penciptaan ruang-ruang dalam yang lebih variatif dengan adanya gradasi ruang privat dan public secara vertikal.
    3. Membatasi pertumbuhan massa agar tetap "langsing" sehingga pencahayaan dan penghawaan alami dapat tetap terjaga

  3. Melalui perletakan teras yang cukup besar, untuk menciptakan gradasi yang lebih halus peralihan antara ruang publik dan ruang privat

    Gbr. 4 Pengolahan massa bangunan

C. Modul

Pertimbangan ukuran modul didasarkan pada pertimbangan kebutuhan ruang gerak dan batasan struktur bangunan agar tetap sederhana dan murah. Material struktur yang menjadi pertimbangan adalah beton dan kayu/bambu sebagai struktur yang paling umum dipakai oleh masyarkat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka ditetapkan ukuran 90 x 180 cm sebagai modul ruang terkecil. Dimana secara aktifitas 90x180 adalah ruang minimal untuk dapat melakukan aktifitas terkecil seperti mandi, cuci baju, dll. Sedangkan secara struktur modul tersebut dapat diwujudkan dengan cukup efisien dengan menggunakan struktur kayu sederhana dan dengan sistem kantilever.

Untuk jarak terbesar ditetapkan 3,6 m dimana secara ruang sudah cukup besar untuk menampung aktifitas yang kompleks seperti ruang keluarga, ruang tidur dll. dan secara struktur juga masih bisa dikerjakan dengan struktur kayu.

D. Tipe Rumah Berdasarkan Luas

Berdasarkan penetapan modul ruang diatas maka diusulkan dua alternatif tipe rumah berdasarkan ukuran luas kavling dan ruang, sebagai berikut :

  1. Tipe kecil

    Luas Maksimum : Lt 1 = Servis = 11,34 m2

    Utama = 28,38 m2
    Lt 2 = Utama = 28,35 m2
    Luas Total : Lt 1 = 39.69 m2
    Keseluruhan = 68.04 m2
    Luas Lahan

    = 73.71 m2

  2. Tipe Besar

    :


    = 11,34 m2

    Utama = 39.69 m2
    Lt 2 = Utama = 39.69 m2
    Luas Total : Lt 1 = 51.03m2
    Keseluruhan = 90.72 m2
    Luas Lahan

    = 85.05 m2


    Gbr. 5 Tipe rumah pada kapling

D.1 Modul Ruang

D.2 Modul Kavling

    Untuk menciptakan koordinasi ukuran modul yang baik maka modul kavling dibuat juga berdasarkan kelipatan 90 x180 cm. Besar kavling direncanakan didasarkan pada pendekatan luas kavling optimal yang ditentukan yaitu 72-90 m2, dengan KDB 60% dan KLB 1.2. Berdasarkan hal ini maka dibuat dua alternatif kavling yaitu tipe kecil (73.71m2) dan tipe besar (85.05)

E. Pola Perkembangan

Dengan pertimbangan untuk menekan biaya invesatasi awal maka desain bangunan dipersiapkan dapat dibangun secara bertahap dengan konsep pertumbuhan dari rumah inti hingga berkembang penuh sebagai berikut :

    A. Rumah Inti Tipe Kecil

    Luas Minimum : Lt 1 = Servis = 6.4 m2
    = Utama = 12.15 m2
    Lt 2 = Utama = 0 m2
    Luas Total : Keseluruhan = 18.55 m2
    Luas Lahan = 73.71 m2


    Gbr. 7a RIT tipe kecil

    B. Rumah Inti Tipe Besar

    Luas Maksimum : Lt 1 = Servis = 6.4 m2
    = Utama = 17.01 m2
    Lt 2 = Utama = 0 m2
    Luas Total : Keseluruhan = 23.41 m2
    Luas Lahan = 85.05 m2


    Gbr. 7a RIT tipe besar
    Rumah Inti Tumbuh Penggunaan ruang lantai dua dan penambahan masa servis Penambahan ke samping

    Gbr.8 Skema pola perkembangan rumah

E.1 Variasi pertumbuhan rumah

Dalam proses pertumbuhannya sendiri variasi pertumbuhan rumah dimungkinkan sehingga penghuni dapat mlukannya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing tanpa mengganggu karakter lingkungan hunian.



Gbr. 9 Variasi pertumbuhan rumah
F. Struktur, Konstruksi dan Material

Berdasarkan TOR sayembara maka pemilihan sistem dan material struktur haruslah didasarkan pada zonasi bahan bangunan yang ada. Sesuai studi kasus yang akan diambil maka zonasi yang diambil sebagai acuan adalah daerah Jawa Barat, dengan usulan lebih rinci sebagai berikut :

URAIAN DESAIN SKALA KELOMPOK MASSA

DASAR PEMIKIRAN

Pada skala lingkungan, permasalahan penyediaan rumah sederhana sehat selanjutnya adalah bagaimana penataan kelompok massa hunian tersebut dapat menunjang perkembangan kehidupan sosial ekonomi penghuninya. Penataan berderet linier merupakan hal umum yang kita temui pada penataan perumahan sederhana. Tidak adanya pembagian kelompok massa kedalam kelompok-kelompok lebih kecil menyebabkan perumahan menjadi sangat massal dan tidak mendukung tterjadinya perkembangan ikatan sosial antar penghuni. Padahal terbentuknya sebuah komunitas yang solid merupakan modal besar dalam upaya pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah.

DESAIN

Berangkat dari pemikiran diatas penataan hunian dalam skala lingkungan diusulkan dengan penataan massa berupa satuan cluster kelompok massa pada tingkat RT, dengan jumlah rumah +/- 50 rumah (+/- 250 penduduk). Selanjutnya pembentukan cluster dilakukan dengan menyusun kavling hunian mengitari ruang terbuka sebagai pusat orientasi cluster yang juga berperan sebagai ruang pengikat secara sosial bagi penghuni tiap RT tersebut. Sistem cluster ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi kesatuan permukiman terkecil, secara fisik dan sosial, yang dapat direplikasi sebagai elemen pembentuk permukiman sederhana pada skala yang lebih luas.

    A. Studi Kasus
    Sesuai dengan konsep penguatan kesatuan sosial masyarakat sebagai basis pemeberdayaan maka penerapan konsep penataan perumahan sederhana sehat ini mengambil studi kasus re-design pembangunan perumahan dengan sistem P2BPK (Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok) bagi karyawan rumah sakit Borromeus, di Bandung.

    B. Pemilihan Tapak dan Kebutuhan Unit Rumah
    Sesuai kebutuhan maka jumlah unit rumah yang akan dibangun adalah sebanyak 51 unit rumah dengan luas kapling 72 m2.

    Sesuai dengan proses rembug kerja antara anggota calon penghuni didapat kriteria pemilihan tapak sebagai berikut :

    1. Diperhitungkan terhadap sarana dan prasarana yang tersedia misalnya jaringan jalan, jaringan listrik, sumber air, fasilitas pendidikan dan fasilitas lainnya
    2. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota
    3. Lokasi tidak pada daerah banjir
    4. Tidak dalam keadaan sengketa
    5. Harga yang terjangkau
    6. Akses terhadap transportasi cukup baik
    Dari kriteria tersebut maka didapat lokasi tapak di daerah Cimindi - Cimahi

    C. Kondisi Tapak

    Batas tapak : Batas tapak dibatasi oleh saluran air pada sisi Utara, Jalan lingkungan dan permukiman eksisiting pada sisi Timur dan sawah pada kedua sisi lainnya.
    Luas Tapak : +/- 6.700 m2
    Kondisi Eksisting : Kondisi tapak adalah pada lahan kosong di pinggir lingkungan perumahan sederhana yang sudah ada. Kondisi tapak sebelum dibangun berupa sawah.

    D. Pola Penataan Massa


    Gbr. 12 Rencana Tapak


Tidak ada komentar: