PASANG IKLAN GRATIS!!!!

http://furnituredesign-joglosmart.blogspot.com

Pasang iklan langsung, cepat dan gratis. New Fair System, bagi-bagi keuntungan.

Selasa, 03 Februari 2009

Rancangan yang Bersahabat

img_2875Dewasa ini, club house bukan sekadar fasilitas bersama tetapi juga sebagai wujud representasi dari sebuah kompleks hunian eksklusif di kota-kota besar. Tempat ini tidak hanya didukung oleh ruang-ruang fungsional tetapi juga oleh teduhnya taman yang terpadu dengan konsep arsitektur dan interiornya.

Bangunan yang diliput ini merupakan club house dari kompleks perumahan Grup Medco yang berlokasi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Awalnya, kompleks perumahan ini terdiri dari 10 kaveling rumah lama yang dibangun sekitar tahun 70-an. Namun, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat, maka sebagian dari rumah lama dibongkar hingga membentuk lahan kosong seluas 2064 m2 dan dibangun club house baru yang diberi nama Griya Jenggala Wana Asri yang memiliki luas bangunan 7242 m2.

img_2891Sesuai dengan konsep bangunan sebuah club house, tempat ini dilengkapi dengan fasilitas bersama untuk kepentingan perusahaan di antaranya atau aula untuk acara standing party, galeri, ruangan rapat, area kantor, kamar tidur pemilik, home theater, ruangan tidur tamu serta dapur dengan kapasitas yang sangat besar seperti pada sebuah gedung pertemuan. Selain itu, club house juga dilengkapi dengan fasilitas olah raga seperti lapangan tennis dengan jogging track nya dan kolam renang yang menempati area innercourt. Di sekitar bangunan club house masih dipertahankan bangunan rumah-rumah lama yang dihuni direksi.

Konsep perancangan bangunan ini ditangani oleh Retno Dewi Arifin yang berupaya menampilkan ciri khas rumah asli di area Kebayoran lalu “dikemas” dalam wujud kontemporer serta dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan saat ini. Kawasan Kebayoran dikenal memiliki banyak rumah-rumah lama peninggalan arsitektur zaman kolonial yang kini menjadi cagar budaya yang harus dilestarikan. Bangunannya ada yang menyerupai bungalo bergaya tropis kolonial dan ada pula yang beratap datar, kental dengan nuansa art deco. Selain itu, sekitar 30 persen dari total luas lahan hunian harus menjadi ruang terbuka hijau sesuai dengan peraturan di kawasan ini. Ruangan dalamnya berorientasi ke arah luar untuk mengantisipasi perubahan cuaca.

img_2978Sebagai langkah awal arsitek mengoptimalkan kondisi lahan dengan menempatkan tiga massa bangunan yaitu satu massa bangunan utama di muka dan dua massa bangunan pendukung di belakang. Sisi depan bangunan utama menghadap ke kolam hias dan air mancur sedangkan sisi belakangnya menghadap ke arah kolam ikan dan lapangan tenis. Area di antara kedua massa pendukung diolah menjadi inner courtyard dengan kolam renang dan teras yang lebar. Arsi-tek memilih tipikal bungalo bergaya tropis kolonial sebagai acuan wujud bangu-nan yang ditandai dengan atap perisai yang sudut kemiringannya cukup curam yaitu 60O. Pemakaian atap ini menciptakan sosok bangunan yang kurang propor-sional sehingga arsitek “memecah” atap menjadi beberapa buah atap.

Atap perisai yang curam ini juga menciptakan ruang loteng yang tinggi sehingga arsitek mengolahnya menjadi void dengan mezanin di sekelilingnya dan memanfaatkannya untuk galeri serta ruang simpan benda seni. Ciri khas lain dari rumah Kebayoran yang juga diadopsi adalah bukaan lebar untuk mengoptimalkan sirkulasi udara segar dan masuknya cahaya alami. Area transisi dan area penghubung seperti teras (patio), balkon dan koridor juga dominan dan dimanfaatkan untuk aktivitas penghuni agar dapat menikmati pemandangan ke arah luar. Area pintu masuk dilengkapi oleh portico untuk drop off sedangkan beberapa koridor ditopang oleh deretan kolom dan dinaungi oleh pergola kayu atau berupa teritis yang cukup lebar.

img_3031Arsitek juga memilih material alami dan mengekspos ciri khas warna dan tekstur asli dari bahan alami tersebut sehingga menegaskan kesan natural sekaligus “merangkul” lanskap di luar ke dalam rumah. Hal ini sejalan dengan keinginan pemilik agar perawatan rumah menjadi mudah dan penampilannya tetap elegan tetapi tidak berlebihan. Contohnya, bagian kaki bangunan yang biasanya ditandai oleh dinding berlapis batu alam belah (stone plinth) masih diterapkan pada deretan kolom di koridor. Lantai carport dilapisi oleh batu kali belah sedangkan penutup atapnya dari genteng tanah liat model lama. Seluruh lantai dalam rumah dilapisi oleh marmer .

Untuk interiornya, diciptakan kesan nyaman dan ele-gan sekaligus mendukung konsep arsitektur yang bergaya kolonial. Caranya, arsitek banyak memakai kayu sebagai pelapis dinding, lantai, plafon dan kusen area publik seperti aula, ruang rapat sampai ruangan kerja sehingga menghadirkan “kehangatan”. Jenis kayu yang dipakai berbeda-beda, di antaranya kayu merbau dipakai untuk kusen dan “membungkus” kolom utama bangunan. Selain itu adapula kayu meranti merah untuk pelapis dinding, kayu ebony untuk pelapis anak tangga dan lantai home theater serta kayu ulin untuk balok dan kolom pergola. Plafon yang dirancang mengikuti kemiringan atap juga dilapisi oleh kayu meranti putih. Sofa dan kursi berlengan yang simpel dan empuk dipilih untuk di tempatkan di area duduk di galeri lantai atas, ruang rapat dan ruang home theater.

img_3055Arsitek menempatkan furnitur bergaya neo klasik Eropa di area kantor agar menghadirkan citra yang berkelas seperti deep buttoned Chesterfield sofa dan armchair berlapis kulit. Pada area ini dan juga ruangan rapat, terdapat perpaduan furnitur berwarna hijau yang tampil segar di antara dominasi warna-warna cokelat dan krem. Kamar tidur dan kamar mandi utama juga ditata dengan nuansa yang serupa sedangkan area duduk di teras menggunakan kursi dari besi ulir serta kayu yang tahan cuaca. Khusus di home theater, seluruh dindingnya dipasang material kedap suara untuk menghasilkan akustik ruangan yang berkualitas. Berbagai macam benda seni bermutu seperti lukisan, patung dan aksesori modern di tata secara apik. Tata pencahayaan (lighting) mulai dari jenis downlight, spotlight, sampai lampu berdiri juga menjadi perhatian arsitek sehingga suasana ruangan menjadi lebih hidup.

Taman yang mengelilingi kompleks berfungsi sebagai sebagai “pagar” yang melindungi area di dalam terhadap lingkungan di luar yang lalu lintasnya cukup padat. Dengan upaya ini konsep hijauan dapat berfungsi untuk menjaga kualitas udara sekaligus dapat meredam suara berisik di seputar perumahan. Konsep taman dibuat alami menyerupai hutan dengan mempertahankan pohon-pohon lama (existing plant) berupa pohon mahoni yang sudah tumbuh tinggi, mengelilingi seputar area kompleks yang mencakup area seluas satu blok. Selain itu juga ditanam beberapa jenis pohon-pohon langka yang sudah jarang ditanam di lingkungan permukiman seperti buni, namnam, manggis dan tanaman produktif lainnya. Gambaran konsep seperti inilah yang melahirkan penamaan Griya Jenggala Wana Asri, yaitu konsep pemukiman yang menyerupai wana yang artinya hutan.

img_3071Agar lebih menarik lagi beberapa tanaman eksotis ditanam di beberapa sudut yang dianggap menjadi pusat berbagai aktivitas. Misalnya sekumpulan koleksi palem dan tanaman keras yang unik mengisi sudut di sekitar area pintu masuk. Beberapa jenis tanaman eksotis tersebut memiliki keunikan bentuk dan warna seperti jenis variegata dan golden dari beberapa koleksi unik talas-talasan (sente), Philodendron, tanduk rusa dan Monstera. Ada pula yang dilengkapi dengan tanaman hias berbunga yang menempati area-area di seputar ruang-ruang pribadi. Tidak lupa pula ditanam pohon kelapa sawit yang menjadi simbol tanaman tropis.

Mengelilingi lapangan tenis dibuat jogging track yang dapat dimanfaatkan sebagai pemanasan (warming up) sebelum bermain tenis. Pola jogging track mengikuti tepi kaveling di bawah keteduhan pohon yang rindang. Agar tidak monoton, di sepanjang jalur jogging tersebut dibuat “kejutan” pada setiap bagian sebagai ‘break’ yang tidak membosankan, seperti area duduk dari susunan batu alam, patung, jajaran pohon buah langka atau bordes dengan sebuah pedestal dan benda seni yang cantik.

img_3097Selain aspek estetika, pemilik juga peduli terhadap konsep ramah lingkungan yang belakangan banyak menjadi bahan pembicaraan. Upaya ini tidak hanya mempertahankan pohon-pohon besar berkayu yang efektif menyerap gas buang akibat polusi udara, juga membuat resapan air tanah pada beberapa titik yang tersebar di area perumahan. Untuk penutupan tanah diupayakan semaksimal mungkin menggunakan bahan-bahan yang masih memungkinkan terjadinya resapan air kembali ke dalam tanah, seperti batu belah yang disusun seperti mozaik pada area carport serta pemakaian rumput di antara taman.

Lokasi : Griya Jenggal Wana Asri – Kebayoran Baru , Jakarta Selatan
Konsep Arsitektur dan interior : Retno Dewi Arifin
Konsep Dasar Lanskap : Made Wijaya
Konsep Pengembangan dan Pelaksana Lanskap : Heri Syaefudin dari Gonku Nursery

Tidak ada komentar: